PROBLEMATIKA
REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN
“PROBLEMATIKA
PERSIAPAN LAHAN”
I.
PENDAHULUAN
1.
Kondisi tanah sawah
Tanah
sawah adalah tanah yang di gunakan untuk budidaya padi. Baik terus menerus
ataupun diselingi dengan tanaman palawija. Segala jenis tanah dapat dijadikan
sebagai areal persawahan asalkan kondisi air mencukupi. Tanah sawah dapat
berasal dari tanah kering yang diairi kemudian disawahkan, atau dari tanah rawa
– rawa yang dikeringkan dengan membuat saluran saluran drainase.
2.
Persiapan lahan sawah
Pengolahan
bertujuan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan yang semula keras
menjadi datar dan melumpur. Dengan begitu gulma akan mati dan membusuk menjadi
humus, aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah menjadi jenuh air
sehingga dapat menghemat air. Pada pengolahan tanah sawah ini, dilakukan juga
perbaikan dan pengaturan pematang sawah serta selokan. Pematang (galengan)
sawah diupayakan agar tetap baik untuk mempermudah pengaturan irigasi sehingga
tidak boros air dan mempermudah perawatan tanaman.
Secara
Umum Pengolahan tanah meliputi 3 fase:
1.
Penggenangan
tanah sawah sampai tanah jenuh air.
2. Membajak sebagai awal pemecahan bongkah dan
membalik tanah.
3. Menggaru untuk menghancurkan dan melumpurkan
tanah.
·
Untuk 3 fase
pengolahan tanah tersebut menggunakan 1/3 kebutuhan air dari total kebutuhan
air selama pertumbuhan tanaman
·
Pengolahan
tanah dengan cara basah yaitu tanah sawah dibajak dalam keadaan basah dan digaru
memanjang dan menyilang sampai tanah melumpur dengan baik.
·
Pengolahan
tanah paling lambat 15 hari sebelum pemindahan bibit
1.
Gulma pada lahan sawah
Gulma adalah
tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena
menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.(wikipedia).
Batasan
gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena berkait dengan proses
produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma menurunkan hasil karena
mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui kompetisi. Plastis,
karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi
gulma. Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap
tidak mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat dianggap sebagai gulma, namun pada
sistem tumpang sari keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun
demikian, beberapa jenis tumbuhan dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang.
Jenis gulma yang umumnya tumbuh pada
ekosistem padi sawah, adalah gulma yang tahan genangan. Terdapat 33 jenis gulma
yang sering dijumpai tumbuh di pertanaman padi sawah dengan perincian 10 jenis
dari golongan rumput, 7 jenis golongan teki dan 16 jenis golongan daun lebar.
Namun demikian beberapa gulma dominan yang perlu diketahui dari tiap golongan
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 1. Nama dan Golongan Gulma
Dominan di Areal Persawahan
Golongan Rumput
|
Golongan Teki
|
Golongan Daun Lebar
|
Paspalum distichum
|
Cyperus difformis
|
Monochoria vaginalis
|
Echinochloa crusgalli
|
Cyperus iria
|
Marsilea crenata
|
Leersia hexandra
|
Scirpus juncoides
|
Limnocharis flava
|
Leptochloa chinensis
|
Fimbristyllis littoralis
|
Spenochlea zeylanica
|
Berdasarkan
kedalaman airnya, sifat pertumbuhan gulma dikenal dua tipe, yaitu gulma lahan
sawah perawakan tegak dan gulma yang tumbuh menjalar. Salah satu gulma yang
tumbuh menjalar ialah Salvinia molesta.
Akibat adanya gulma ini menyebabkan oksigen yang terlarut dalam sawah rendah,
intensitas cahaya rendah, bisa terjadi eutrofikasi (adanya daun-daun tua) yang
menyebabkan kadar CO2 yang terlarut tinggi.
Gulma
golongan teki yang terdapat di pertanaman padi sawah antara lain Cyperus difformis, Cyperus kyllingia,
Scirpus formicoides, Fimbristylis littoralis gulma tersebut tidak terlalu
menimbulkan gangguan ekonomis, sehingga masih dapat ditolelir.
Paspalum
distichum
Gulma
yang biasa terdapat di padi lahan sawah basah dan kering, termasuk kedalam
golongan rumput, perkembangbiakan vegetatifnya dengan menggunakan akar stolon,
dan gulma ini termasuk gulma yang menjalar. Pembajakan yang tanggung
menyebabkan populasinya semakin menyebar, hal tersebut dikarenakan ketika
dilakukan pembajakan alat perkembangbiakan vegetatifnya (stolon) terputus dan
terbawa. Sehingga menyebabkan gulma tersebut menyebar ke tempat
lain.
Echinochloa colonum
Merupakan
gulma yang biasa ditemui di lahan sawah basah dan kering. Gulma ini termasuk
kedalam golongan rumput, merupakan gulma semusim, perkembangbiakannya secara
generatif yaitu dengan menggunakan biji. Gulma ini masih satu marga dengan Echinochloa crusgalli (Jajagoan).
Alternanthera philoxeroides
Gulma
ini merupakan gulma yang biasa ditemui pada padi lahan sawah basah dan kering. Alternanthera philoxeroides merupakan
gulma dari golongan daun lebar, dan perawakannya menjalar. Perkembangbiakan
gulma ini secara generatif, dan merupakan gulma tahunan. Gulma ini di Indonesia
banyak tersebar, tetapi di Malaysia tidak. Sehingga Alternanthera philoxeroides merupakan gulma karantina.
Cyperus iria
Gulma
ini merupakan gulma yang biasa ditemui pada padi lahan sawah basah dan kering.
Gulma ini merupakan gulma dari golongan teki, perawakannya tegak, merupakan
gulma semusim, dan perkembangbiakan gulma ini dominan secara generatif. Daya
saing Cyperus iria tidak terlalu
kuat.
Marsilea crenata
Semanggi
atau paku bernama ilmiah Marsilea crenata Presl. adalah
tanaman yang termasuk kedalam famili Marsiliaceae. Deskripsi menurut buku flora
(Steenis,dkk. 2005) ( terjemahan)) adalah tumbuhan dengan daun berdiri sendiri
atau dalam berkas, menjari berbilang 4, tangkai daun panjang dan tegak, panjang
2-30 cm, anak daun menyilang, berhadapan, berbentuk baji bulat telur, gundul
atau hampir gundul, dengan panjang 3-22 cm dan lebar 2-18 cm, urat daun rapat
berbentuk kipas, pada air yang tidak dalam muncul diatas air. Biasanya di temukan
di sawah, selokan dan genangan air dangkal.
II.
PERMASALAHAN
Pak Rino mempunyai lahan sawah yang
cukup subur, dalam setahun bisa ditanami tiga kali karena di anggap tanahnya
sudah subur, maka setelah tanaman sebelumnya dipanen, Pak rino tidak melakukan
persiapan lahan untuk penanaman berikutnya. Permasalahan yang dihadapi adalah
sering muncul gulma yang menjadi pesaing tanaman pokok khususnya di awal
pertumbuhannya.
III.
ANALISIS PERMASALAHAN
Gulma
yang tumbuh pada lahan sawah milik Pak Rino diduga berasal dari sisa – sisa tanaman yang sebelumnya masih
berada pada lahan tersebut, karena memang hal ini dapat mengakibatkan tumbuhnya
gulma
Lahan
milik pak rino tidak di olah ketika akan melakukan penanaman, sementara pada
lahan itu masih banyak sisa – sisa tanaman sebelumnya yang sangat berpotensi
tumbuh menjadi gulma.
Perkembangan
gulma akan mengganggu tanaman utama, sehingga persaingan antara keduanya
berpotensi menurunkan hasil dari tanaman pokok.
IV.
SOLUSI
Untuk
mengurangi pertumbuhan gulma yang dapat mengganggu tanaman pokok,diperlukan proses
pengolahan lahan sebelum penanaman selanjutnya. Dengan begitu sisa-sisa tanaman
yang berpotensi menjadi gulma dapat terinimalisir. Adapun langkah-langkah dalam
pengolahan tersebut diantaranya:
1.
Pengolahan lahan
a. Pembersihan lahan
Pematang
sawah dibersihkan dari rerumputan, diperbaiki, dan dibuat agak tinggi. Fungsi
utama Pematangdisaat awal untuk menahan air selama pengolahan tanah agar tidak
mengalir keluar petakan. Fungsi selanjutnya berkaitan erat dengan pengaturan
kebutuhan air selama ada tanaman padi.
Saluran atau
parit diperbaiki dan dibersihkan dari rerumputan. Kegiatan tersebut bertujuan
agar dapat memperlancar arus air serta menekan jumlah biji gulma yang terbawa
masuk ke dalam petakan. Sisa jerami dan sisa tanaman pada bidang olah
dibersihkan sebelum tanah diolah.
Jerami
tersebut dapat diangkut ke tempat lain untuk pakan ternak, kompos, atau bahan
bakar. Pembersihan sisa–sisa tanaman dapat dikerjakan dengan tangan dan
cangkul.
b. Pencangkulan
Setelah
dilakukan perbaikan Pematang dan saluran, tahap berikutnya adalah pencangkulan.
Sudut–sudut petakan dicangkul untuk memperlancar pekerjaan bajak atau traktor.
Pekerjaan tersebut dilaksanakan bersamaan dengan saat pengolahan tanah.
c.
Pembajakan
Pembajakan
dan penggaruan merupakan kegiatan yang berkaitan. Kedua kegiatan tersebut
bertujuan agar tanah sawah melumpur dan siap ditanami padi. Pengolahan tanah
dilakukan dengan dengan menggunakan mesin traktor. Sebelum dibajak, tanah sawah
digenangi air agar gembur. Lama penggenangan sawah dipengaruhi oleh kondisi
tanah dan persiapan tanam. Pembajakan biasanya dilakukan dua kali. Dengan
pembajakan ini diharapkan gumpalan–gumpalan tanah terpecah menjadi kecil–kecil.
Gumpalan tanah tersebut kemudian dihancurkan dengan garu sehingga menjadi
lumpur halus yang rata. Keuntungan tanah yang telah diolah tersebut yaitu air
irigasi dapat merata. Pada petakan sawah yang lebar, perlu dibuatkan
bedengan–bedengan. Antara bedengan satu dengan bedenglainnya berupa saluran
kecil. Ujung saluran bertemu dengan parit kecil di tepi galengan yang berguna
untuk memperlancar air irigasi. Pengolahan tanah merupakan faktor yang
berpengaruh langsung terhadap hasil padi selain faktor-faktor lainnya seperti
pemupukan, pengairan, pengendalian hama penyakit dll. Pengolahan tanah dapat
dilakukan secara kering atau basah. Tetapi yang biasanya dilakukan pada umumnya
adalah secara basah.
Cara
pengolahan tanah dapat menggunakan tenaga manusia, hewan atau alat-alat mesin
pertanian.
2. Pengendalian Gulma
1.
Manual
Pengendalian dilakukan dari tanam sampai < umur tanaman (± 40 hari)
dengan tangan tanpa menggunakan alat bantu kerja. Biasanya rumput dicabut
dengan tangan lalu dibenamkan dalam lumpur. Untuk jenis gulma yang tidak mati
dengan pembenaman dikumpulkan dan dijemur di pematang sawah hingga kering baru
dibenamkan. Cara ini terbukti efektif, karena dapat mengendalikan gulma yang
berdekatan ataupun dalam rumpun tanaman padi. Kelemahan pengendalian gula
dengan cara ini adalah memerlukan banyak tenaga kerja.
2. Fisik
Pengendalian gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan:
-
Pemangkasan
Pengendalian dilakukan dengan alat bantu kerja yang berupa gasrok atau
landak. Cara pengendalian ini cukup efektif dan cepat, tetapi tidak mampu
mengendalikan gulma yang tumbuh berdekatan maupun di dalam rumpun tanaman padi.
Hasil penelitian pada PTT menunjukkan bahwa penyiangan dengan cara ini cukup
efektif dan bahkan mampu memperbaiki pertumbuhan tanaman. Akar rambut yang tua
dirusak oleh alat penyiang sehingga merangsang pertumbuhan akar rambut baru.
Akar rambut baru tersebut dapat menyerap usur hara lebih efisien dari dalam
tanah.
-
Penggenangan
Penggenangan efektif untuk memberantas gulma tahunan. Caranya dengan
menggenangi sedalam 15 - 25 cm selama 3 - 8 minggu. Gulma yang digenangi harus
cukup terendam, karena bila sebagian daunnya muncul di atas air maka gulma
tersebut umumnya masih dapat hidup.
-
Pembakaran
Suhu kritis yang menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45 - 550
C, tetapi biji-biji yang kering lebih tahan daripada tumbuhannya yang hidup.
Kematian dari sel-sel yang hidup pada suhu di atas disebabkan oleh koagulasi
pada protoplasmanya. Pembakaran secara terbatas masih sering dilakukan untuk
membersihkan tempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan setelah dipangkas. Pada
sistem peladangan di luar Jawa cara ini masih digunakan oleh penduduk setempat.
Pembakaran umumnya banyak dilakukan pada tanah-tanah yang non pertanian,
seperti di pinggir-pinggir jalan, pinggir kali, hutan dan tanah-tanah industri.
Keuntungan pembakaran untuk pemberantasan gulma dibanding dengan
pemberantasan secara kimiawi adalah pada pembakaran tidak terdapat efek residu
pada tanah dan tanaman. Keuntungan lain dari pembakaran ialah insekta-insekta
dan hama-hama lain serta penyakit seperti cendawan-cendawan ikut dimatikan.
Kejelekannya ialah bahaya kebakaran bagi sekelilingnya, mengurangi kandungan
humus atau mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi, biji-biji gulma
tertentu tidak mati, asapnya dapat menimbulkan alergi dan sebagainya.
3. Kultur teknis
Ada beberapa
praktek pengendalian gulma secara kultur teknik yang dapat dipilih berdasarkan
kondisi yang paling menguntungkan (Moody dan De Datta, 1982). Berbagai kultur
teknik budidaya padi secara tidak langsung dapat menekan infestasi gulma,
diantaranya:
-
Pergiliran Tanaman
Pergiliran
tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang
tidak membahayakan. Contoh : padi – tebu – kedelai, padi – tembakau – padi.
Tanaman tertentu biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya
jenis gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk
pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (Cyperus rotundus) sering
berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun
(misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan
wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran
tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya
tidak senyaman sebelumnya.
-
Budidaya pertanaman
Pada budidaya padi pengolahan tanah, penggunaan benih yang murni (bebas
dari benih gulma), sistem pengairan, dan varietas padi mempunyai peran dalam
mengendalikan gulma secara tidak langsung.
4. Biologis
Pengendalian gulma secara biologis di areal persawahan dilakukan dengan
menggunakan serangga, jamur, dan bisa juga dari gulma sendiri. Keadaan tumbuh
gulma yang lebat dapat juga dimanfaatkan untuk dapat menekan gulma yang ada di
permukaan tanah. Biji-biji gulma yang ada pada permukaan tanah kekurangan O2
dan kelebihan CO2 sehingga biji gulma tidak dapat berkecambah. Hal
ini disebabkan karena biji gulma di permukaan tanah terendam oleh air sehingga
biji gulma tersebut tidak dapat tumbuh, selain itu sifat gulma yang dapat
menekan pertumbuhan gulma lainnya adalah cepat dan lambatnya gulma tumbuh di
permukaan air. Walaupun berkecambah tidak dapat menembus (tetap terendam) di
bawah permukaan tanah sehingga tidak dapat menekan pertumbuhan gulma di
permukaan tanah. Misalnya Salvinia
molesta, Azolla pinnata (mengandung 5 % kadar bahan kering gulma). Salvinia molesta mempunyai daya saing
yang rendah terhadap tanaman padi.
Keuntungan memanfaatkan Salvinia molesta dalam mengendalikan
gulma yang lain ialah Salvinia molesta
hanya memanfaatkan zat hara yang terdapat di dalam air sehingga tanaman padi
tidak terganggu oleh adanya kompetisi hara. Selain keuntungan, terdapat juga
kerugian menggunakan Salvinia molesta
sebagai pengendali untuk gulma lain ialah tidak bisa digunakan untuk Tabela,
mengambang di permukaan air.
5. Kimiawi
Penggunaan herbisida ataupun zat kimia lain untuk membasmi gulma di lahan
persawahan harus dilakukan secara hati-hati dan bijaksana dengan memenuhi 6
(enam) tepat, yaitu:
- Tepat mutu
- Tepat waktu
- Tepat sasaran
- Tepat takaran.
- Tepat konsentrasi
- Tepat cara aplikasinya
Selain itu, harus pula mempertimbangkan efisiensi, efektivitas, dan aman
bagi lingkungan. Untuk itu, herbisida dapat dikelompokkan berdasarkan cara
kerjanya (kontak atau sistemik), selektivitasnya (selektif atau tidak
selektif), dan waktu aplikasinya (pra-tumbuh atau pasca-tumbuh).
V.
KESIMPULAN
1.
Persiapan
lahan (membersihkan lahan, membajak, mencangkul dsb) sangat diperlukan
dalam proses budidaya tanaman.
2.
Persiapan lahan dilakukan untuk menekan
pertumbuhan gulma.
3.
Merotasi tanaman budidaya dapat menekan
pertumbuhan gulma.
DAFTAR PUSTAKA
-
Balitpa.
2004. Pengendalian Gulma pada Lahan
Sawah. Balitpa Sukamandi.
-
IRRI.
1996. Standard Evaluation System for Rice.
Manila Filipina.
-
Jasin.
1992. Zoologi Invertebrata untuk
Perguruan Tinggi. Penerbit Sinar Wijaya, Jakarta.
-
Moenandir.
1998. Persaingan Tanaman Budidaya dengan
Gulma. Rajawali Press Jakarta.
-
Sery,
A.R., Sunarsi, Idris. 2006. Pengelolaan
Keong Mas (Pomacea canaliculata) untuk Pengendalian Gulma pada Tanaman Padi
Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara.
-
Sarwono hardjowigeno,
H. Subagyo, dan M. Luthfi rayes. MORFOLOGI DAN KLASIFFIKASI TANAH SAWAH.
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/tanahsawah/tanahsawah1.pdf. tanggal akses :
19 sept 2012